Yang Maha Membolak-balikkan Hati
"Yaa muqollibal qulub..." begitulah isi pesan singkat yang aku terima dari one of my best friends, siapa lagi kalau bukan KanggMasJoe hahahaa... Kalau ditilik lebih lanjut, sepotong kalimat tersebut sebenarnya tulisan Indonesianya dari sepotong do'a yang Berbahasa Arab, yang artinya "Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati..." Ada apa gerangan beliau mengirim pesan demikian?
Ternyata tepat diatas pesan tersebut, ada dua gambar screenshot dari Instagram Story seseorang (kalau orang awam nyebutnya Snapgram 😜). Aku awalnya kurang ngeh, apa hubungannya dengan sepotong do'a tersebut? Siapakah pemilik "Snapgram" tersebut, sampai-sampai mengapa aku harus memperdulikannya?
Kemudian dijelaskan bahwa seorang tersebut merupakan mbak-mbak yang dulunya bercadar, kini tak lagi berjilbab. Masya Allah. Aku pun bertanya lagi, siapakah orang tersebut? Apakah beliau seseorang influencer yang terkenal sehingga aku, lagi-lagi, mesti memperdulikannya?
Tak lama dari situ KanggMasJoe pun menjuliti embak-embak tersebut sehingga kami berghibah menjelaskan bahwa beliau bukan sejenis orang yang terkenal, melainkan hanya mutualannya di Instagram. "Ooo," kataku begitu di dalam hati. Terus apa hubungan percakapan tersebut dengan tulisan ini, yang lagi-lagi kenapa aku peduli banget sih ngurusin hidup orang?
Bukan begitu, my friend. Segala kejadian di dunia ini, entah itu hal kebaikan maupun keburukan pasti ada saja hikmah yang bisa dipetik dari kejadian-kejadian tersebut. Kalau kata orang, ambil baiknya, buang yang buruknya. Dari cerita sahabatku tersebut aku baru ngeh hubungan antara tangkapan layar IG story orang tersebut dengan istilah "Yaa muqollibal qulub".
Allah Maha Pembolak-balik Hati
Melihat perubahan drastis seseorang bukanlah suatu hal yang aneh. Ada yang dulunya orang yang jahat, tapi kini menjadi orang yang terbaik. Ada yang dulunya tersesat, tapi kini menjadi manusia yang agamanya melebihi orang-orang di sekitarnya. Contohnya Ustadz Felix Siaw, seorang ulama beretnis Tionghoa, yang dulunya tidak mengenal Islam tetapi kini menjadi seorang ulama yang cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia. Mungkin kalau dulu kita mikir pendeknya, (maaf) "ini orang gak mungkin nyium bau sorga." Namun kini lihatlah perjuangan-perjuangan beliau dalam menegakkan syiar Agama Islam melalui karya-karyanya.
Begitupun sebaliknya, dari orang-orang yang dulunya kita kenal sebagai orang yang alim, kuat ilmu agamanya, eh ternyata malah terjerumus ke lubang kemaksiatan. Mungkin ada kerabat kita yang dulunya kalau tiba jam salat lima waktu, tak pernah absen datang ke masjid dan mengisi shaf-shaf paling depan, tetapi sekarang, jangankan salat ke masjid, ingat mau salat pun enggak. Ya itulah the power of 'Dzat yang membolak-balikkan hati'.
Haruskah kita merasa jijik dengan orang-orang yang "dulunya alim sekarang ahli maksiat" tersebut? Mestikah kita merasa sombong karena kedudukan kita lebih baik daripada orang-orang yang terjerumus tersebut? Jawabannya absolutely NO!
Aku pernah menyimak tulisan di media sosial, yang waktu itu ada diskusi mengenai kurang lebih membahas perkara masuk surga atau tidak bagi kaum kafir, walaupun selama hidupnya selalu berbuat baik. Aku sangat terkenang dengan salah satu jawaban pengguna media sosial yang isinya kurang lebih sebagai berikut,
"Daripada kita sibuk mikirin orang lain masuk surga atau enggak, mending pikirin diri sendiri yang belum tentu tiap dari kita PASTI akan masuk surga."
Disitu, rasanya JLEBB banget. Seakan-akan diberi tamparan dari pipi kiri dan kanan karena diriku ini yang tak jarang selalu membanding-bandingkan kualitas ibadah diri sendiri dengan orang lain. Ngapain kita sibuk banget ngurusin perkara surga-neraka orang lain, sedangkan kita sendiri tak ada jaminan buat masuk surga?
Nah begitu pula aku menyikapi cerita seorang akhwat bercadar yang kini tak lagi bercadar tadi. Bukan sekedar karena aku yang terkenang dengan tulisan di medsos itu tadi, melainkan bagaimana sepatutnya kita, umat muslim yang beradab menyikapi hal-hal tersebut. Tak perlu kita julid dengan keadaannya sekarang, yang jelas-jelas tak akan mengubah suatu keadaan melainkan hanya menambah dosa saja. Boleh jadi kita memandang buruk dengan keadaannya sekarang, tapi kita tak pernah tahu, esok, lusa, tahun depan, siapa tau Allah gerakkan kembali hatinya untuk kembali ke jalan-Nya yang benar, bahkan melebih-lebihi daripada keadaan sebelum beliau berubah. Ingat bagaimana Allah membalikkan hati Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu yang sebelumnya orang yang paling keras dalam menentang Islam, kini malah menjadi sahabat terbaik Rasulullah shalallahu 'alayhi wassalam setelah Abu Bakar as-Shiddiq? Ingatkah dengan cerita Khalid bin Walid yang sebelumnya membantai ratusan pasukan muslim di Perang Uhud, yang kemudian menjadi salah satu panglima perang terbaik bagi umat muslim hingga dijuluki sebagai "Pedang Allah yang terhunus"? Lagi-lagi semuanya itu The Power of 'Yaa muqollibal qulub'.
So, what's the best way to deal with it? Jalan terbaik buat sesama sobat muslim kita adalah dengan mendoakannya agar menjadi yang terbaik. Ya, jangan remehkan kekuatan doa. Dengan doa kita terhubung langsung dengan Dzat Yang Maha Kuasa, alias Allah subhanahu wata'ala pemilik hati-hati manusia yang rapuh ini. Siapa tahu, berkat doa dari kita, orang yang didoakan akan digerakkan oleh Allah untuk kembali ke jalan-Nya yang benar. Kalau udah begitu? Otomatis ganjarannya ya pahala dong!
Belum Tentu Diri Kita Lebih Baik Daripada Orang Lain
Balik lagi ke "sibuk mikirin orang lain masuk surga atau enggak", pernah gak sih terbayang kalau orang yang berubah jadi lebih buruk itu bisa jadi akan menimpa ke diri kita? Ya, memang kita menyaksikan dengan mata kepala sendiri perubahan 180 derajat orang lain tersebut, tetapi sadar gak sih kalau hal yang demikian bisa jadi akan menimpa ke diri kita sendiri di waktu yang akan datang?
Makanya, gak usah sibuk ngejulitin orang lain padahal diri kita sendiri belum tentu akan stay Istiqomah dengan keadaan yang sekarang. Itulah mengapa Rasulullah Shalallahu 'alayhi wassalam mengajarkan kita untuk memanjatkan doa agar diteguhkan hati kita di Agama Allah yang benar. Bagaimana doanya? Ya, tinggal lanjutkan saja petikan doa yang aku sebutkan di paragraf pertama tulisan ini. Isi doa lengkapnya sebagai berikut.
يامقلب القلوب ثبت قلبي على دينك
Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbii 'ala diinik
Wahai Dzat yang Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu
***
Demikian tulisan yang rada random kali ini. Semoga Allah selalu memantapkan hati kita agar senantiasa tetap di jalan-Nya yang lurus.
"Aku memang bukan orang yang paling baik dalam beragama, namun mengingatkan sesama muslim merupakan kewajiban bagi setiap muslim."
by: Mangcoy - Tangerang, 13 Februari 2022
🥺🥺🥺
BalasHapusSemoga tulisan ini, cerita kita kemaren. Tidak bermaksud "ghibah" yaaa
Semoga Allah selalu meneguhkan hati kita dalam Islam. Tidak melenceng. Malah, harusnya kita terus menjadi pribadi yang lebih baik.
Aamiin.....
CIYE DI TANGERANG
MasyaAllah insightful sekali kak. Setuju banget sih dgn kalimat fokus ngurusin diri aja dulu yang belum pasti masuk surga. Benar kata orang, mintalah selalu diistikamahkan di jalan yang lurus (*sebenarnya tanpa disadari ini diucapkan min 17 kali dlm salat)
BalasHapusSemoga kita semua selalu diberi keistiqomahan
BalasHapusDaripada kita sibuk mikirin orang lain masuk surga atau enggak, mending pikirin diri sendiri yang belum tentu tiap dari kita PASTI akan masuk surga.
BalasHapusSepakat sekali akan kalimat ini 🥺🥺
Oh yaa, kalau Kafir. Itu pasti masuk neraka kok heheh
Tulisan yang sangat reflektif. Gak ada yang bisa menjamin ending kita bakal seperti apa :(
BalasHapus